Ketika DPR sibuk memikirkan kurangnya gaji dan menuntut gedung di ganti,ketika para konglomerat berfoya-foya menghambur-hamburkan uang ( hasil dari korupsi ), ketika PNS memiliki kekayaan bermilyar-milyar hasil dari korupsi juga, terdapat sebuah rumah kecil yang mungkin tak layak pakai. Rumah itu..kecil, kumuh,pondasi pun tak ada,dinding hanya dari sisa-sisa kayu yang terbuah,pintu terbuatkan dari kain yang bila di tarik pasti mudah sobek. Astagfirullah...
Sang nenek yang sudah tua tinggal sebatang kara di tempat itu. tidak kah hati kita tergugah untuk melihat keadaannya temand? ku teteskan air mata saat aku melihat dan mulai melangkah untuk menuju rumah itu.. Perlahan ku kuatkan hati agar tak menangis di depan nenek tersebut. Ketika aku masuk,, nenek tersenyum gembira sembari berucap :
" waduh,,sopo iki ( aduh,,siapa ini ? ) "
Aku berusaha tegar dan menjawab pertanyaan itu.
" kulo mbah ( saya nek ).
Aku langsung memegang tangannya sembari mencium tangan. Ku lihat isi rumah itu temand.
Papan untuk berbaring hanya terbuat dari dipan bekas beralaskan bambu yang ia dapat jika ada bambu yang sudah tak terpakai. Begitu sesak dadaku saat melihat sang nenek membuat kan teh manis untukku..
" sampun mbah,,namung ajeng dolan mawon ( sudah nek,,saya hanya ingin maen saja ) " kataku
"ora popo..yo koyo ngeneki keadaan neng kene ( gpp, ya hanya seperti ini keadaan di sini )" nenek menyahut
Kulihat kain yang di pasang untuk pintu depan rumah itu. Tak bisa ku bayangkan,,sedingin apakah temand jika kita yang di sana??? Belum lagi sang nenek bercerita jika hujan datang menyapa..papan untuk istirahat itu pun tak lepas dari gemercik air turun dari atap yang bocor. Yang lebih membuatku mengeluarkan air mata ketika tak kudapati selimut untuk menghangatkan tubuhnya ketika malam datang dan hujan menyapa. Saat itu ku bawakan makanan. sang nenek pun masih membuat dadaku sesak. Dari dua hari kemarin ia tak makan, ia hanya makan di pagi hari,,itupun hanya pakai " intip " ( nasi yang sudah gosong sisa kemarin ). Ya Allah..kejamnya diriku saat aku masih memilih-milih makanan. Sang nenek hanya makan jika ada,jika tak ada makanan sang nenek hanya bersabar. Ku lihat sang nenek makan dengan lahapnya dan sempat nambah.
" ayo nok,maem ( ayo nak,,makan ) "
sang nenek menawariku makan dengan senyuman walau beliau tahu makanan itu akan cepat habis jika aku ikut memakan makanan itu.
Ketika aku duduk di tempat tidur tak sengaja aku membuat tempat tidur nenek berbunyi
" kreeeeeeeeeek "
Astagfirullah,,maafkan aku nek,aku tidak sengaja mematahkan satu bambu di tempat tidurmu. Sang nenek berucap
" ora popo nok, ati-ati yo ( gpp nak,,hati-hati ya ) "
Hatiku hancur temand.. Melihat hanya ada dua baju yang tersisa. Namun sang nenek tetap terlihat cantik dan bersih. Tak ada wajan penggorengan,tak ada gelas yang layak,tak ada piring seperti di tempat kita, tak ada keramik berwarna-warni yang menghiasi sekitar kakiku.
" RUMAH ITU BEGITU SEMPIT TEMAND "
Bagaimanakah jika kita mandi di luar?bisakah kita mandi? Tentu tidak kan temand? Namun sang nenek harus tetap mandi walaupun hanya di bawah pohon bambu tanpa ada sekat apapun. Ya Allah, tambahkan kesabarannya,tambahkan rezekinya,agar sang nenek bisa menghabiskan waktu tuanya dengan kegembiraan, tambahkanlah orang-orang yang menyayanginya.
Nenek..walau kau tak sealiran darah denganku,aku tlah menganggap dan menjadikanmu nenekku.
Nenek..bersabarlah dan ikhlaslah dengan keadaanmu sekarang.
Nenek..terimalah perbuatan jahat mereka dulu dengan hati yang ikhlas.
Aku tau kau tak seperti apa yang mereka bilang kesana-kemari.
I love you nenek..

di mana itu
BalasHapusdi playen,,mau ke sana? mari saya antar :)
BalasHapus